Kenali gejala ADHD berikut ini yang bisa terjadi pada siapa saja

Jakarta (ANTARA) – Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas adalah kondisi neurodevelopmental yang menyebabkan seseorang kesulitan memusatkan perhatian, bersikap impulsif, dan cenderung hiperaktif.

ADHD umumnya terdiagnosis pada anak-anak, tetapi dalam beberapa kasus, gejalanya dapat terus berlanjut hingga dewasa.

Gejala ADHD dapat bervariasi tergantung pada jenisnya. Ada ADHD dominan inatentif yang dulu dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (ADD), atau ADHD dominan hiperaktif-impulsif.

Jenis-jenis ADHD

ADHD terbagi menjadi tiga jenis utama berdasarkan gejala yang dominan, yaitu:

1. ADHD dominan inatentif
Sebelumnya dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (ADD), tipe ini ditandai dengan kesulitan dalam memusatkan perhatian, mudah lupa, sering kehilangan barang, serta sulit mengikuti instruksi atau menyelesaikan tugas.

2. ADHD dominan hiperaktif-impulsif
Pengidap jenis ini menunjukkan perilaku hiperaktif seperti tidak bisa diam, berbicara berlebihan, sering menginterupsi pembicaraan orang lain, serta sulit menunggu giliran dalam suatu kegiatan.

Baca juga: Tanda anak terkena ADHD dan pengaruhnya terhadap tumbuh kembang

3. ADHD kombinasi
Jenis ini merupakan gabungan dari dua tipe sebelumnya, di mana pengidap mengalami kesulitan fokus sekaligus menunjukkan perilaku impulsif dan hiperaktif.

Gejala ADHD

Gejala ADHD dapat bervariasi tergantung pada jenisnya. Berikut beberapa ciri-ciri umum yang dapat ditemukan pada pengidap ADHD:

1. Gejala ADHD dominan inatentif:

  • Kesulitan memusatkan perhatian pada detail kecil.
  • Mudah terdistraksi oleh lingkungan sekitar.
  • Sulit menyelesaikan tugas atau mengikuti instruksi panjang.
  • Sering lupa atau kehilangan barang yang diperlukan untuk aktivitas sehari-hari.

2. Gejala ADHD dominan hiperaktif-impulsif:

  • Tidak bisa duduk diam dalam waktu lama.
  • Sering berbicara tanpa henti dan menyela pembicaraan orang lain.
  • Berlarian atau memanjat pada situasi yang tidak sesuai.
  • Sulit mengontrol emosi dan sering bertindak tanpa berpikir.

Baca juga: Mengenal lebih dalam tentang apa itu ADHD?

Cara penanganan ADHD

Meskipun ADHD tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, terdapat berbagai metode untuk membantu pengidapnya mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Beberapa di antaranya meliputi:

  • Terapi perilaku kognitif (CBT): Terapi ini membantu pengidap ADHD dalam mengembangkan strategi untuk meningkatkan konsentrasi, mengontrol impulsivitas, serta mengelola emosi.
  • Pengobatan medis: Dokter dapat meresepkan obat stimulan maupun non-stimulan guna membantu meningkatkan fokus dan mengurangi hiperaktivitas.
  • Dukungan dari orang tua dan lingkungan: Orang tua dapat membantu dengan menciptakan rutinitas yang terstruktur, memberikan instruksi yang jelas, serta memberi penghargaan atas perilaku positif anak.
  • Pendekatan edukasi: Sekolah dapat menyediakan dukungan khusus, seperti strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan anak ADHD.

ADHD tidak hanya sekadar membuat pengidapnya kesulitan berkonsentrasi, tetapi juga melibatkan ketidakmampuan dalam mengatur emosi, menyusun rencana, serta menyesuaikan diri dengan lingkungan. Jika tidak ditangani dengan baik, ADHD dapat berdampak pada prestasi akademik, hubungan sosial, hingga produktivitas kerja.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan masyarakat untuk lebih memahami kondisi ini agar dapat memberikan dukungan yang optimal bagi mereka yang mengalaminya.

Bagi keluarga yang menduga anaknya mengalami ADHD, segera konsultasikan dengan tenaga medis profesional untuk mendapatkan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat.

Baca juga: Studi ungkap hubungan masalah tidur dengan ADHD pada orang dewasa

Baca juga: Peneliti ungkap dampak ADHD terhadap harapan hidup pria dan wanita

Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *